What if I give you my smile?
Are you gonna stay for a while?
What if I put you in my dreams tonight?
Are you gonna stay until it's bright?
What if I give you my story?
Are you gonna listen to me?
What if I give you my heart?
Are we never gonna be apart?
Come on baby try harder
Come on baby light my fire
Come on baby be mine
'Cause you're the one I wanted to be
What if I do ignore you
Will you just walk away and cry?
What if I did disappoint you?
Are you gonna say goodbye?
Come on baby try harder
Come on baby light my fire
Come on baby be mine
'Cause you're the one I wanted to be
What if I try to catch flying snitch?
Are you gonna come with me?
What if I give you my song?
Are we gonna sing along?
Come on baby try harder
Come on baby light my fire
Come on baby be mine
'Cause you're the one I wanted to be
What if you leave me right here?
I'm right here and waiting for you.
10:34.
Mocca. Secangkir kopi. Setumpuk tugas.
Kamu. (yang mungkin) duduk menunggu pasien di ruang Radiologi.
Rabu, 02 Oktober 2013
Senin, 30 September 2013
Stoplesnya pecah
Hari ini kamu tersenyum.
Tapi aku tidak bisa ikut tersenyum.
Kamu lupa mengajakku ikut serta.
Hari yang membuatku sedih adalah hari ketika kamu memberikan senyummu pada perempuan lain.
Hari yang membuatku sedih adalah hari ketika kamu tiba-tiba pergi bersama perempuan lain.
Baiklah aku baru saja berbohong, aku tidak se-drama itu.
Sebenarnya bukan melihatmu pergi bersamanya yang membuatku bersedih.
Aku sedih karena kamu tidak memberitahuku
bahwa kamu tengah melewati perjalanan yang bahagia—tak peduli itu dengan siapa.
Ya, sesederhana itulah sayangku.
Aku tidak peduli dengan siapa pun kamu pergi,
atau dengan siapa pun kamu ber-foto sambil tersenyum lebar.
Aku mempercayaimu sepenuhnya.
Aku hanya merasa tidak kebagian cerita bahagiamu
—sedang setiap kali kamu kesulitan, aku selalu ada di sini.
Iya, aku pasti akan mudah lupa. Aku akan lupa bahwa kamu pernah tidak bercerita.
Dan semua akan kembali baik. Tapi pertanyaanku yang tak pernah terjawab itu ternyata menggelembung tanpa kusadari di ruang hatiku. Hingga ada di suatu ketika mereka meledak dan menghancurkan isinya.
Tanpa bisa kuprediksi aku tiba-tiba merasa cukup dengan ini semua.
Rasa cukup itu datang seperti gempa.
Menggoyahkan segalanya, kepercayaan, harapan, pun berhasil menjatuhkan stoples
sayang yang selama ini aku letakkan di atas lemari janjiku.
Stoplesnya pecah.
Iya, aku sayang padamu. Mungkin sangat sayang padamu. Atau bahkan sangat-
sangat sayang padamu. Tapi aku tidak berdiri di sisimu untuk melihatmu dengan
mudahnya melupakanku ketika kamu bahagia.
Bukankah itu agak keterlaluan?
Aku bahkan sangat sedih ketika membiarkan diriku memikirkannya lebih dari 2 menit.
Seperti ketika aku kembali memikirkannya sambil menulis paragraf ini.
Bukan, bukan aku hitung menghitung soal apa yang penah kuberi.
Aku bahkan sudah lupa apa saja yang pernah aku berikan.
Aku punya perasaan di dalam hatiku, aku harap kamu tidak lupa itu.
Aku tahu kamu selalu mampu bahagia tanpaku.
Tentu saja kamu boleh merindukanku. Bercerita padaku bila kamu ingin.
Kita selalu baik-baik saja. Kita hanya tidak seperti dulu lagi.
- Falafu
Tapi aku tidak bisa ikut tersenyum.
Kamu lupa mengajakku ikut serta.
Hari yang membuatku sedih adalah hari ketika kamu memberikan senyummu pada perempuan lain.
Hari yang membuatku sedih adalah hari ketika kamu tiba-tiba pergi bersama perempuan lain.
Baiklah aku baru saja berbohong, aku tidak se-drama itu.
Sebenarnya bukan melihatmu pergi bersamanya yang membuatku bersedih.
Aku sedih karena kamu tidak memberitahuku
bahwa kamu tengah melewati perjalanan yang bahagia—tak peduli itu dengan siapa.
Ya, sesederhana itulah sayangku.
Aku tidak peduli dengan siapa pun kamu pergi,
atau dengan siapa pun kamu ber-foto sambil tersenyum lebar.
Aku mempercayaimu sepenuhnya.
Aku hanya merasa tidak kebagian cerita bahagiamu
—sedang setiap kali kamu kesulitan, aku selalu ada di sini.
Iya, aku pasti akan mudah lupa. Aku akan lupa bahwa kamu pernah tidak bercerita.
Dan semua akan kembali baik. Tapi pertanyaanku yang tak pernah terjawab itu ternyata menggelembung tanpa kusadari di ruang hatiku. Hingga ada di suatu ketika mereka meledak dan menghancurkan isinya.
Tanpa bisa kuprediksi aku tiba-tiba merasa cukup dengan ini semua.
Rasa cukup itu datang seperti gempa.
Menggoyahkan segalanya, kepercayaan, harapan, pun berhasil menjatuhkan stoples
sayang yang selama ini aku letakkan di atas lemari janjiku.
Stoplesnya pecah.
Iya, aku sayang padamu. Mungkin sangat sayang padamu. Atau bahkan sangat-
sangat sayang padamu. Tapi aku tidak berdiri di sisimu untuk melihatmu dengan
mudahnya melupakanku ketika kamu bahagia.
Bukankah itu agak keterlaluan?
Aku bahkan sangat sedih ketika membiarkan diriku memikirkannya lebih dari 2 menit.
Seperti ketika aku kembali memikirkannya sambil menulis paragraf ini.
Bukan, bukan aku hitung menghitung soal apa yang penah kuberi.
Aku bahkan sudah lupa apa saja yang pernah aku berikan.
Aku punya perasaan di dalam hatiku, aku harap kamu tidak lupa itu.
Aku tahu kamu selalu mampu bahagia tanpaku.
Tentu saja kamu boleh merindukanku. Bercerita padaku bila kamu ingin.
Kita selalu baik-baik saja. Kita hanya tidak seperti dulu lagi.
- Falafu
Kamis, 11 Juli 2013
White Shoes and the Couples Company - Kisah dari Selatan Jakarta
Ijinkan hamba menutur sebuah cerita
Yang terpenggal di selatan Jakarta
Bukan gegap gempita, serta baik buruk sarana
Tiada angan hampa penuh peluh ataupun nestapa
Ini kisah yang tak akan mungkin terlupa
Tanpa nuansa asmara dan cinta
Tak perlu ada rahasia, dusta bahkan tipu daya
Semua terasa hambar nampaknya
(jika gundah yang tuan rasa)
Jika gundah tuan rasa
Gulana harap sebuah makna
Ancam hamba 'kan disiksa, tak mengapa
(pun hamba tak kuasa menutur paksa maksa cerita Hamba tak ingin ada kecewa)
Hapus air mata, titisan duka lara
Jua hamba tak memelas dipuja
Derita dan buruk sangka, suka cita penuh tawa
Entah apapun hendak dikata
(jika gundah yang tuan rasa)
Jika gundah tuan rasa
Gulana harap sebuah makna
Ancam hamba 'kan disiksa tak mengapa
(jika ada yang bertanya, oh ini kisah tentang apa)
Maafkanlah hamba oh sungguhpun hamba tak kuasa
(baiknya duduk manis saja, simak hamba bercerita)
Dan tak perlu tuan tanya
Hamba tak akan pernah mampu untuk menjawabnya
--
This song trapped on my mind.
Label:
kisah dari selatan jakarta,
wsatcc
Jumat, 25 Januari 2013
always Laila
"Gemuruh dihatiku mereda sendirinya
Langit menjadi lebih cerah
Dan udara tak lagi menyesakkan dada
Mungkin karena telah kutemukan definisi dari cinta
Makna tak lagi berasal dari pertemuan
Rasa rindu membuatku bahagia"
- Phrameswara
Mungkin akhir-akhir ini Indonesia sedang dibuat kagum oleh kisah cinta Habibie - Ainun. Tapi buat saya, ada kisah cinta lain yang lebih mengagumkan. Tidak nyata sih, tapi lebih gereget dari kisah Habibie - Ainun. Kisah cinta ini dikemas dalam sebuah novel, yang ditulis oleh Andi Eriawan. Judulnya Always, Laila (hanya cinta yang bisa)
Namanya Laila.
Perempuan ini punya segalanya.
Phrameswara, salah satu kepunyaan Laila selama 8 tahun. Phrameswara yang romantis. Tukang gombal. Orang Bandung tapi ga suka bioskop dan FO (Factory Outlet). Phrameswara yang tinggal di Cimenyan. Bersama ayam dan pohon Jambu. Phrameswara yang jago masak, sedangkan Laila yang cuma bisa menghancurkan masakan.
Kisah mereka berdua sebenarnya sederhana.
Masa SMA, Kuliah, Kerja. Klise. Penuh gombalan. Tapi semuanya terasa sangat nyata dan tidak berlebihan. Awal masuk SMA, kencan pertama, masa putih abu-abu, SNMPTN, kuliah, converse baru, pesawat lalu kerja. Indonesia. Malaysia. Semuanya dijelaskan dengan singkat, tetapi detail dan membekas di benak pembaca. Banyak puisi-puisi romantis dan percakapan klise tapi 'errrgh' banget di novel ini. Di pertengahan buku, kisah klise mulai berubah haluan. Konflik-konflik mulai muncul dan booooom. Sukses bikin siapapun yang baca novel ini nangis di akhir cerita.
Sosok Pram di novel ini susah dideskripsikan dengan kata-kata. Setiap kalimat yang ada di novel ini sukses membuat saya mau punya pacar yang kaya Pram. Dan mau nyobain cerita yang sama kaya Laila hahaha seems so cheesy. Tapi novel ini highly recommended. Buat saya, novel ini patut diberi rating 4,5 dari 5. Novel ini terbit tahun 2004, dan sampai sekarang, 9 tahun setelah terbit. Saya masih suka banget sama cerita di novel ini. Sayangnya, novel ini udah ga terbit lagi. Novel saya pun sudah hilang entah kemana. Dan pdf nya susah sekali dicari. Padahal pengen baca lagi :'
[UPDATE]
Edisi repackage udah meluncur di toko buku terdekat. Covernya lebih bagus. Suka banget.
Kalo mau beli online bisa beli disini. Harganya 40.000, ada diskon jadi 32.000. Harga sebanding sama isi ceritanya :'))
Langit menjadi lebih cerah
Dan udara tak lagi menyesakkan dada
Mungkin karena telah kutemukan definisi dari cinta
Makna tak lagi berasal dari pertemuan
Rasa rindu membuatku bahagia"
- Phrameswara
Mungkin akhir-akhir ini Indonesia sedang dibuat kagum oleh kisah cinta Habibie - Ainun. Tapi buat saya, ada kisah cinta lain yang lebih mengagumkan. Tidak nyata sih, tapi lebih gereget dari kisah Habibie - Ainun. Kisah cinta ini dikemas dalam sebuah novel, yang ditulis oleh Andi Eriawan. Judulnya Always, Laila (hanya cinta yang bisa)
Namanya Laila.
Perempuan ini punya segalanya.
Phrameswara, salah satu kepunyaan Laila selama 8 tahun. Phrameswara yang romantis. Tukang gombal. Orang Bandung tapi ga suka bioskop dan FO (Factory Outlet). Phrameswara yang tinggal di Cimenyan. Bersama ayam dan pohon Jambu. Phrameswara yang jago masak, sedangkan Laila yang cuma bisa menghancurkan masakan.
Kisah mereka berdua sebenarnya sederhana.
Masa SMA, Kuliah, Kerja. Klise. Penuh gombalan. Tapi semuanya terasa sangat nyata dan tidak berlebihan. Awal masuk SMA, kencan pertama, masa putih abu-abu, SNMPTN, kuliah, converse baru, pesawat lalu kerja. Indonesia. Malaysia. Semuanya dijelaskan dengan singkat, tetapi detail dan membekas di benak pembaca. Banyak puisi-puisi romantis dan percakapan klise tapi 'errrgh' banget di novel ini. Di pertengahan buku, kisah klise mulai berubah haluan. Konflik-konflik mulai muncul dan booooom. Sukses bikin siapapun yang baca novel ini nangis di akhir cerita.
Sosok Pram di novel ini susah dideskripsikan dengan kata-kata. Setiap kalimat yang ada di novel ini sukses membuat saya mau punya pacar yang kaya Pram. Dan mau nyobain cerita yang sama kaya Laila hahaha seems so cheesy. Tapi novel ini highly recommended. Buat saya, novel ini patut diberi rating 4,5 dari 5. Novel ini terbit tahun 2004, dan sampai sekarang, 9 tahun setelah terbit. Saya masih suka banget sama cerita di novel ini. Sayangnya, novel ini udah ga terbit lagi. Novel saya pun sudah hilang entah kemana. Dan pdf nya susah sekali dicari. Padahal pengen baca lagi :'
[UPDATE]
Edisi repackage udah meluncur di toko buku terdekat. Covernya lebih bagus. Suka banget.
Kalo mau beli online bisa beli disini. Harganya 40.000, ada diskon jadi 32.000. Harga sebanding sama isi ceritanya :'))
Langganan:
Postingan (Atom)